POJOKPUBLIK.ID JAKARTA – Wakil Ketua DPR RI periode 2014-2019, Fahri Hamzah menyebut memiliki sejumlah malapraktik di masa lalu. Namun demikian, Fahri meminta pihak internal saat ini diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri.
Hal ini disampaikan Fahri Hamzah pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) dengan tema Penegakan hukum yang berperikemanusiaan dan berkeadilan sebagai warisan untuk generasi penerus pada 20 Mei 2021 lalu.
“Daripada kita bongkar-bongkar semua malapraktik yang ada di masa lalu yang bisa merusak biarkan mereka dari dalam melakukan perbaikan. Terlalu banyak masalah kalau kita bongkar,” ujar Fahri Hamzah.
“DPR pada masa lalu pernah membuat pansus, saya punya laporan 1.000 halaman yang menjelaskan kejanggalan yang terjadi. Tapi sudahlah kita sudah melakukan koreksi, dan biarkan institusi itu bekerja mengintegrasikan diri dalam sistem hukum kita dan dalam sistem negara kita,” lanjut Wakil Ketua Umum Partai Glora ini.
Politikus asal Nusa Tenggara Barat ini menuturkan bahwa ada beberapa kelompok orang yang menyampaikan keluhan kepada Presiden Jokowi terkait tudingan polemik internal ditubuh KPK.
“Tapi saya mohon kepada presiden Jokowi beri kepercayaan kepada KPK, beri kepercayaan kepada pemimpinnya sekarang. Mereka juga anak bangsa yang punya hati nurani, mereka juga ingin memperbaiki keadaan,” papar Fahri.
Dalam kesempatan lain, Fahri menuliskan surat terbuka kepada pegawai KPK melalui akun twitter milik pribadinya. Berikut isi suratnya :
SURAT TERBUKA KEPADA PEGAWAI KPK:
Selamat Menempuh Hidup Baru!
————————
Otak BESAR bicarakan IDE.
Otak SEDANG bicarakan PERISTIWA.
Otak KECIL bicarakan ORANG. (Eleanor Roosevelt)
Bereaksi berlebihan membuat kalian katahuan bahwa selama ini memang lembaga penegak hukum itu telah lama menjadi lembaga politik yang penuh intrik dan persaingan.
Trus kami rakyat hanya disuguhi opera sabun. Masalah tidak selesai tapi tetap harus tepuk tangan.
Dulu, saya sampai marah kayak orang gila ngingatin kalian. Tapi ampun deh, lagi banyak yang tepuk tangan semua dianggap lawan kalau berbeda pandangan.
Sikat aja semua seolah dunia milik kalian saja sendiri. Negara hukum ini ada dasarnya. Kalian gak mau denger.
Sekarang, tiba masanya berakhir. Introspeksilah kawan. Ada masa kita harus tau diri, cukuplah. Kasi kesempatan generasi baru. Kita sudah tua.
Otot kalian sudah gak kuat. Otak kalian sudah gak mampu di medan itu. Kalau mau berpolitik ada 3 medan baru: LSM, Media dan Parpol.
Ada tempat bagi pribadi-pribadi kayak kalian yang gak mau diatur dan tidak suka dikangkangi aturan, ingin bebas dan energinya besar.
Jadilah politisi di dunia bebas merdeka; jadi aktifis, bisnis atau politisi. Lebih cocok karena dunianya adalah dunia persaingan, tidak teratur.
Di dunia politik orang bersaing untuk menang kadang aturan nomor belakang. Di dunia penegak hukum kita tidak harus menang sebab yg penting tegakkan aturan.
Kadang, di dunia penegakan hukum kita mengakui salah, mengakui gagal temukan alat bukti dan kita keluarkan SP3.
Aturan-aturan baru semacam SP3 inilah yang kalian tolak. Kalian anggap kalian pasti benar, kalian pasti menang.
Bahkan kalian berprinsip kalian tidak saja harus menang tapi yang lain harus kalah dan hancur. Inilah yang tidak lumrah di dunia hukum. Ini lumrah di dunia politik.
Cukuplah kawan. Jangan berpikir “harus ada kami” – tidak harus. Semua akan berjalan baik-baik saja. Tidak harus ada kita. Tidak harus kita. Jangan sombong seolah negeri ini akan hancur kalau kita tidak ada. Dunia ini milyaran tahun umurnya. Ribuan tahun yg ditulis sejarahnya.
Ucapkan selamat datang kepada generasi baru. Hentikan berpolitik di lembaga penegakan hukum.
Arah Baru penegakan hukum adalah hukum yang terbuka, transparan, imparsial dan bekerja dengan kaedah dan filsafat hukum itu sendiri. Selamat menempuh hidup baru!
Twitter @fahrihamzah 30/5/21