Pojokpublik.id Jakarta – Pertemuan antara nelayan tradisional dengan manajemen PT Karya Citra Nusantara (KCN) yang digelar pada Kamis, 11 September 2025, di Ruang Meeting PT KCN, berakhir tanpa kepastian solusi. Pertemuan ini digelar setelah tanggul beton sepanjang 2–3 kilometer di perairan Cilincing, Jakarta Utara, milik PT KCN memicu protes karena dinilai menghambat aktivitas nelayan.
Dalam pertemuan tersebut hadir Ketua Komunitas Nelayan Danu Waluyo, perwakilan nelayan Faisal, Koordinator Penyuluh Perikanan Sudin DKPKP Jakarta Utara Harli Frans S, perwakilan Dinas KPKP DKI Jakarta Nian OSW, serta jajaran manajemen PT KCN, termasuk Direktur Utama Widodo Setiadi dan Direktur Keuangan Rooseno.
Danu Waluyo mengungkapkan keresahan para nelayan akibat keberadaan tanggul. “Hasil tangkap kami drastis menurun, jarak melaut semakin jauh, dan biaya operasional membengkak. Beberapa hari ini dapur kami kosong karena pendapatan menurun,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa sempat ada rencana demonstrasi dari nelayan dan warga Marunda, Kalibaru, dan Cilincing, namun berhasil diredam untuk sementara.
Senada dengan itu, Faisal, nelayan bagang, menuturkan pendapatan mereka berkurang hingga 70 persen dalam dua bulan terakhir. “Air jadi keruh, lumpur naik, dan biaya BBM melonjak karena rute melaut makin jauh,” keluhnya.
Sementara itu, Harli Frans S dari Sudin DKPKP Jakarta Utara hanya memberikan apresiasi atas terselenggaranya dialog. Ia menyarankan agar nelayan menyampaikan keluhan secara tertulis. “Jika ada gesekan dengan pihak manapun, ajukan surat resmi agar bisa didiskusikan untuk mencari solusi,” kata Harli.
Meski pertemuan berlangsung hangat, belum ada keputusan konkret terkait nasib nelayan maupun keberlanjutan pembangunan tanggul. Para nelayan pun masih menanti langkah nyata dari PT KCN dan pemerintah daerah untuk mengatasi dampak lingkungan dan ekonomi yang mereka alami.