PojokPublik.id, BALI – Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek), Nizam, mendorong perguruan tinggi untuk merancang dan menyelenggarakan program-program dalam kerangka Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) secara mandiri. Menurutnya, perguruan tinggi dapat mengadaptasi enam program unggulan atau flagship yang telah diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), yang memberi mahasiswa hak belajar di luar kampus selama dua semester.
“Program flagship yang diselenggarakan secara nasional ini sejatinya hanyalah sebuah model atau percontohan, dan perguruan tinggi diharapkan dapat mereplika atau mengadaptasi ide dari program flagship tersebut dalam bentuk program-program MBKM yang dirancang dan diselenggarakan secara mandiri,” kata Nizam di Bali, Senin (14/11).
Menurut Nizam, kolaborasi antarpemangku kepentingan adalah hal yang krusial dalam menciptakan program pembelajaran di luar kelas. Perguruan tinggi harus bergandengan tangan dan bergotong royong dengan pemerintah, swasta, masyarakat industri, dan media, atau yang disebut sebagai sinergi pentahelix, demi membangun sumber daya manusia unggul dengan semangat kemerdekaan dan semangat Kampus Merdeka.
“Di zaman yang terus menerus berubah dengan pesat, di mana segala perkembangan dan kemajuan teknologi menuntut kita semua untuk melakukan adaptasi, pengalaman menghadapi situasi-situasi yang riil menjadi penting dan harus berjalan bersamaan dengan proses pembelajaran yang dilakukan di ruang-ruang kelas,” terangnya.
Sejak tahun 2021, sejumlah program flagship diluncurkan sebagai wadah bagi mahasiswa untuk mendapatkan hak belajar di luar kampus selama dua semester.
“Di perguruan tinggi vokasi, kebijakan Kampus Merdeka amat disambut baik oleh seluruh entitas perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Tercatat hingga saat ini total mahasiswa vokasi yang mendaftar pada seluruh program flagships mencapai 42.971 mahasiswa, dan sejak 2021 ke 2022 terdapat peningkatan sebesar 65,15%,” papar Kiki.
Tidak hanya peningkatan jumlah mahasiswa, di balik angka-angka tersebut ada cerita-cerita perubahan yang bermakna bagi para mahasiswa vokasi yang menjalani program Kampus Merdeka. Cerita baik ini meningkatkan optimisme terhadap kebijakan Kampus Merdeka.
“Berbagai upaya untuk keberlanjutan program ini perlu terus dilakukan, sehingga kebijakan Kampus Merdeka berikut program-program flagship di dalamnya dapat menjadi kebiasaan atau norma baru bagi seluruh entitas perguruan tinggi, baik vokasi maupun akademik. Perlu kita ingat kembali bersama-sama, bahwa Kampus Merdeka bukan sekadar brand ataupun slogan, tapi sebuah gerakan,” imbuhnya.
Pada dialog ini, Wakil Rektor Universitas Pendidikan Ganesha dan Direktur Politeknik Elektronika Negeri Surabaya memaparkan pengalaman perguruan tinggi mereka dalam menyelenggarakan program Kampus Merdeka baik flagship maupun mandiri. Keduanya juga menekankan pentingnya kolaborasi dalam pelaksanaan program Kampus Merdeka Mandiri. (*)














