Pojokpublik.id Lebak – Koalisi Aktivis Bersatu Melawan, mendesak agar Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak segera mengusut tuntas dugaan pungutan liar (Pungli) terkait Rekrutmen pegawai di Puskesmas Kumpai hingga puluhan juta rupiah.
Koalisi aktivis bersatu yang tergabung dari masyarakat yang mengatasnamakan GEMPAR dan KOMPAK mendesak agar Bupati menurunkan tim khusus dari Inspektorat Lebak untuk melakukan penelusuran secara terbuka terkait dugaan pungutan liar rekrutmen Pegawai Puskesmas yang dinilai telah melukai Instansi pemerintahan di Kabupaten Lebak.
“Ini bukan soal Spele. Maka, kami mendesak agar Plt Kepala Dinas Kesehatan Lebak jangan diam saja dan hanya melakukan pencitraan terkait pelayanan kesehatan. Sementara, kami menyerap aspirasi dari masyarakat banyak sekali keluhan terkait pelayanan kesehatan di Puskesmas yang sangat Buruk. Bahkan, lebih mirisnya lagi, baru-baru ini kita di hebohkan ada dugaan rekrutmen pegawai Puskesmas yang dimintai uang hingga Rp 15 juta sampai Rp 20 juta, jelas itu perbuatan melawan hukum,” kata H. Suryadi, Senin (10/11/2025).
Menurutnya, selama ini banyak sekali keluhan masyarakat terkait pelayanan kesehatan khususunya di Puskesmas. Apalagi, kata dia, yang ada di Kampung-kampung. Seperti Puskesmas Leuwidamar yang bahkan menggegerkan Lebak karena telah terjadi warga meninggal dunia karena diduga akibat kesulitan meminta rujukan.
“Kami hari ini membawa bukti yaitu keluarga korban yang tidak terima terhadap buruknya pelayanan di Puskesmas Leuwidamar. Seorang ibu yang mereka cintai harus meninggal dunia di RSUD Adjidarmo karena informasi yang kami terima dari keluarga hanya karena sulitnya diminta rujukan. Padahal saat itu kondisi korban/ almarhum sudah kritis. Untuk itu, saya minta anda Plt Kepala Dinas mundur dari jabatan sekarang juga dan kami akan mendesak bupati untuk mengevaluasi secara menyeluruh. Selain itu, kami juga minta seluruh pegawai Puskesmas Leuwidamar untuk di evaluasi dan saya desak agar bertanggung jawab atas kejadian meninggalnya warga itu,” tegas H. Suryadi.
Suryadi mengaku pihaknya tidak akan tinggal diam. Bahkan kata Dia, jika aspirasi ini tidak ditindaklanjuti dan pihak Puskesmas maupun pihak Dinkes Lebak tidak bertanggung jawab, maka akan bergerak ke Provinsi Banten bahkan ke Pusat.
“Kami akan terus bergerak melakukan gerakan sebelum Pihak Puskesmas bertanggung jawab dan Bupati serta dinkes mencopot Kepala Puskesmas Leuwidamar untuk mengevaluasinya. Ini demi perubahan pelayanan kesehatan kedepan yang lebih baik untuk masyarakat khususnya di Puskesmas Leuwidamar,” seru Suryadi.
Sementara itu, Dede, anak laki-laki dari keluarga Almarhum (R) warga Kampung Cimaung, Desa Cibungur, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten mengaku kecewa terhadap pelayanan di Puskesmas Leuwidamar yang mengaku di persulit hanya untuk meminta rujukan saja.
“Kami sekeluarga paham dan sadar bahwa takdir ada ditangan Allah. Tapi, apakah kita hidup di dunia tidak bersyariat. Artinya, jika saja pelayanan di Puskesmas saat itu cepat dan kami langsung diberikan Rujukan dan tidak di persulit mungkin Ibu saya masih bisa tertolong.” Lirih Dede
Maka saya tegaskan, sambung Dede hingga titik darah penghabisan, saya akan berjuang meminta keadilan dan pertanggung jawaban.
“Kemanapun saya akan bergerak untuk meminta keadilan. Bahkan bila perlu saya akan datangi Istana Presiden,” tegas Dede sambil mengeluarkan air mata untuk alm. Ibunda tercintanya.
“Saya akan berjuang kang.” tambahnya
Aksi yang di gelar antara Koalisi Aktivis bersama Masyarakat yang di klaim alm. Ibunya menjadi korban kelalaian pihak Puskesmas Leuwidamar, akan menggelar aksi susulan dengan masa lebih banyak.
“Kami akan datang kembali dengan massa yang lebih banyak. Saya tegaskan, kami keluarga tidak terima alm. Ibu saya hingga meninggal dunia karena kurang cepat dan tanggapnya pelayanan di Puskesmas. Kita di dunia bicara Syareat dulu sebelum takdir menjemput. Artinya, jangan alibi bahwa manusia meninggal karena takdirnya, tapi pasti semua ada sebab musababnya. Setidaknya kalau waktu itu ikhtiar kami untuk menyelamatkan Alm. Ibu saya dan jika rujukan waktu itu di permudah mungkin ibu saya masih bisa diselamatkan,” ujar Dede.
“Saya bersama keluarga, sebelum ada pertanggung jawaban dan Kepala Puskesmas Leuwidamar di copot dan pegawai atau perawatnya di evaluasi di ganti, kami tidak akan pernah diam dan akan terus bergerak bahkan sampai ke Pusat,” imbuhnya













