Daerah

Personil Mata Tunas 17 Menjajal Ketinggian Atap Jawa Barat Gunung Ciremai

David
×

Personil Mata Tunas 17 Menjajal Ketinggian Atap Jawa Barat Gunung Ciremai

Sebarkan artikel ini
Personil Mata Tunas 17 Menjajal Ketinggian Atap Jawa Barat Gunung Ciremai I PojokPublik
Foto (Red)

Pojokpublik.id Jakarta – Mendaki gunung bagi sebagian orang sudah menjadi candu. Bukan untuk “gaya – gayaan” Tapi lebih kepada mencari makna hidup yang sejati. Melewati rintangan dan tanjakan yang berliku adalah proses dimana manusia seyogyanya harus tetap bergerak dan berjuang tanpa pernah menyerah, sebab setelah menelusuri jalan yang panjang dan melelahkan, maka semua itu akan terbayar oleh keindahan alam yang mungkin sulit untuk ditemukan di dataran rendah apalagi perkotaan

Selain itu, tujuan dari mendaki gunung adalah untuk mendekatkan diri pada Siang Khaliq yang telah menciptakan pemandangan alam yang indah dari ketinggian, dan itu hanya sebagian kecil dari yang diciptakan. Dengan begitu maka secara agama kegiatan mendaki adalah bagian dari ibadah.

Begitupun yang dilakukan oleh personil Mata Tunas 17, seperti Rifti Widyanti, Siti Nurma Hasanah, Jauhara Hasanah, Muhamad Ikbal, Aprizal Kusriyanto, Farid Ilhami, Nanda Pratama Tarigan, dan Lemy Saputra. Mereka secara spontan berangkat dengan menggunakan kendaraan pribadi dari sekretariat Mata Tunas Tebet Jakarta Selatan, untuk menaklukkan Gunung Ciremai.

Sekedar info, Gunung Ciremai adalah gunung berapi kerucut (stratovolcano) aktif yang merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat, Indonesia, dengan ketinggian 3.078 mdpl. Terletak di perbatasan tiga kabupaten yaitu Kuningan, Cirebon, dan Majalengka, kawasan gunung ini adalah Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) yang berfungsi sebagai kawasan konservasi dan menjadi habitat bagi berbagai satwa langka dan tumbuhan. Gunung ini memiliki beberapa rute pendakian populer seperti Linggarjati dan Apuy, dan biasanya dijuluki sebagai atap Jawa Barat.

Meski dengan waktu perencanaan yang pendek, mereka bukannya tanpa persiapan, karena pada umumnya mereka sudah menyiapkan baik dari segi jasmani ataupun perlengkapan, bahkan moril dan pengalaman mereka sudah teruji. dimana selama ini mereka memang sudah terbiasa mendaki gunung. Meski demikian, mereka tetap tak lupa untuk meminta doa restu pada orang tua dan memanjatkan doa kepada Tuhan YME. karena kekuatan alam sangatlah dahsyat, dan selalu diingatkan sebelum jalan untuk menjaga sikap, menjaga lingkungan dan jauhi rasa sombong.

“Kami berangkat hari Jum’at jam 10 malam dari Tebet.” Kata Lemy Saputra (25) yang menjadi koordinator perjalanan saat diwawancarai sebelum keberangkatan. (05/09)

Aura yang terpancar dari wajah para personil Mata Tunas 17 yang ingin mendaki tampak begitu senang. Mereka terlihat apik dan telaten saat melakukan packing atau meletakkan perlengkapan kedalam carier. Mulai dari Kompor portable, nestimg sleeping bag, matras, tenda, senter dan lain sebagainya. Tidak lupa juga beberapa makanan kecil untuk diperjalanan.

“Kami sengaja memanfaatkan waktu libur panjang dan uang yang ada dengan hal yg menarik dan menantang.” Jelas Rifti Widiyanti (26) sumringah saat diwawancarai (05/09)

Saat itu mereka sepakat untuk memulai pendakian dari Base Camp Apuy Majalengka Jawa Barat. Perjalanan dari Jakarta ke Majalengka mereka tempuh sekitar 6 jam, karena mereka berhenti di beberapa rest Area untuk beristirahat. Ternyata menurut penjelasan Lemi Saputra sang koordinator perjalanan, saat itu banyak kendaraan dari Jakarta menuju Jawa Barat hingga terjadi macet dibeberapa titik. Mungkin masyarakat sedang memanfaatkan libur panjang.

Setelah menempuh perjalanan panjang, baru sekitar jam. 03.00 WIB, hari Sabtu, 06 September 2025, mereka sampai dipintu loket. Sebelumnua mereka beristirahat dan sekedar minum teh hangat sambil mempersiapkan biaya simaksi, menyerahkan persyaratan pada petugas dan memeriksa peralatan kembali agar lebih survive.

Setelah kondisi mulai pulih mereka lalu berkemas dan melakukan perjalanan. Sebelum melangkah, mereka mengawali dengan memanjatkan do’a bersama. Nanda Pratama Tarigan yang biasa dipanggil ‘Ucok’ berada dibarisan pertama, karena pemuda Sumatra Utara ini dikenal paling berani menghadapi satwa buas dan liar. Pada hari Sabtu tepatnya jam 09.00 WIB mereka mulai melakukan start

“Agar tidak merasakan lelah, sepanjang perjalanan kita harus melihat pemandangan indah. Jangan terlalu banyak diam. ” saran Uchok (24) saat memberi saran kepada teman-temannya disepanjang perjalanan (06/09)

Sebelum sampai dipuncak Ciremai, mereka harus melewati sebanyak 6 pos seperti Arban, Simpang Lima, Tegal Masawa, Tegal Jamuju, Sang Hyang Rangka dan Goa Walet. Waktu tempuh normal biasanya antara 7 – 8 jam. Beruntung hari itu cuaca cerah, pemandangan disepanjang perjalanan sangat memukau, sesekali terdengar angin sepoy sepoy, suara hewan kecil, dan suara burung yang indah.

Untuk memulihkan stamina, pada hari Sabtu tepatnya jam 14.00 WIB, mereka bersepakat untuk camping atau membuka tenda di Pos 4 Tegal Jamuju dan melanjutkan lagi perjalanan esok hari.

Keesokan harinya, tepat hari Minggu jam. 2 dinihari, rombongan yang bermarkas di Kelurahan Kukusan Depok ini melanjutkan perjalanan. Hal yang menakjubkan adalah ketika hampir sampai di Puncak Ciremai, terlihat lautan awan putih lebih rendah dari tempat mereka berdiri. Mereka pun semakin cepat berjalan dengan harapan dapat melihat awan itu dengan lebih jelas.

“Hati-hati ya tergelincir, jangan sampai ada luka diantara kita. ” Pesan Farid Ilhami (24) dengan puitis. (07/09)

Akhirnya mereka sampai juga di Puncak Ciremai jam 07.00 WIB. Rasa lelah dan letih terbayarkan oleh pemandangan indah yang belum pernah mereka nikmati. Semua tidak sabar untuk menatap lautan awan dibawah dari ketinggian 3087 Mdpl. Semua langsung mengeluarkan HP nya untuk mengambil foto yang terbaik sebagai kenang-kenangan nanti.

“Saya suka dengan hal ini, semoga bisa kembali lagi keberbagai puncak gunung.” Kata Jauhara Hisanah (19) yang biasa disapa ‘Japir’ dan sering mengajak istirahat disepanjang perjalanan (07/09)

Setelah puas menikmati pandangan dan berselfie ria, akhirnya mereka terpaksa harus turun, pada hari Minggu Jam 08.00 WIB. Sesampainya di Basecamp Berod sekitar jam. 15.00. Setelah sejenak beristirahat rombongan Mata Tunas 17 masuk ke Mobil untuk segera menuju Jakarta, agar besok dihari Senin dapat kembali ke dunia nyata dan beraktifitas seperti biasanya.

Perlu diketahui, bahwa perkiraan biaya mendaki Gunung Ciremai dari Jabodetabek berkisar Rp. 500.000/orang dan itu sudah berikut transportasi, simaksi, makan 3 x dan lain-lain yang umumnya untuk mendaki. Hitungan ini jika menggunakan mobil pribadi seperti Avanza dan Sigra.

“Bagi teman-teman yang ingin open trip ke Gunung Ciremay bisa bersama Mata Tunas 17.” Kata Nurma Hasanah menutup cerita setelah gas mobil diinjak sopir. (07/09)